Info
Jumat, 07 Feb 2025
  • Selamat Datang di Website Sekolah Tinggi Pesantren Darunna'im - Perguruan Tinggi Islam yang Berkualitas di Provinsi Banten
  • Selamat Datang di Website Sekolah Tinggi Pesantren Darunna'im - Perguruan Tinggi Islam yang Berkualitas di Provinsi Banten

Seminar pemikiran dan peradaban islam

Terbit : Senin, 14 November 2022 - Kategori : KABAR KEMAHASISWAAN

Lebak,stpdnlebakbanten.ac.id- stpdnnews- Kunjungan Program Kaderisasi Ulama (PKU) Universitas Darussalam (UNIDA)Gontor, di Sekolah Tinggi Pesantren Darunna’im (STPDN)  Lebak-Banten. 14 November 2022

“Ini pertama kali, sebenarnya saya sudah lama sekali memiliki hubungan erat dengan alumni pesantren gontor, di mesir saya ikut bergabung dengan IKPM, di devisi majalah cakrawala, ikut serta juga membangun sekretariat gontor cabang mesir, distribusi beras, mie dan rokok ke asrama-asrama IKPM, disamping itu juga saya satu jurusan dan satu perguruan tinggi LIGA ARAB dengan Ustadz Yusron, semoga harapan saya untuk PKU ini semua dapat menjadi ulama,  tapi ulamanya adalah ulama yang soleh bukan yang toleh, menjadi ulama yang moderat sehingga tidak mudah menyalahkan orang lain, “ucap ketua Sekolah Tinggi Pesantren Darunna’im Dadan Sunandar, L.c., M.A.

“PKU ini adalah program kaderisasi ulama, mohon doa nya semoga kader ulama ini nantinya betul-betul menjadi ulama amilin mukhlisin fi sabilillah, program ini adalah program kerja sama antara UNIDA Gontor dengan MUI ini telah berdiri sejaktahun 2008 sampai sekarang, oleh karnanya sekarang angkatan ke16, PKU di Indonesia sudah ada sebenarnya pada tahun-tahun sebelum ini, tapi di fokuskan niat sebelumnya adalah kitab-kitab seperti menghatamkan kitab-kitab fiqih, tafsir, hadis dan seterusnya, tapi pada tahun 2008 di indonesia sedang marak tentang pergerakan pemikiran  yang kita sering sebut gozdu fikr atau perang pemikiran, apa yang sedang marak waktu itu? yaitu ialah sekulerisme, prularisme dan liberalisme, sehingga MUI pusat mengeluarkan fatwa yaitu haram nya pemikiran seperti itu,selain itu juga tidak cukup kalau cuma mengeluarkan fatwa tapi harus ada pembinaan kader-kader kemudian gontor mengambil peran yaitu mendirikan PKU saat itu, sampai sekarang tahun 2022 sudah ada 16 angkatan, inti dari tema pagi ini adalah (tentang peradaban dan juga pemikiran), ”kata Ketua PKU.

Artikel lainnya :

Pemateri Pertama Tentang “Problem Kepakaran Dan Dampaknya Terhadap Masyarakat” 

Munculnya ulama gadungan, munculnya ulama gadungan ini sangat mengancam keselamatan aqidah, hal ini di picu dengan ada nya ulama-ulama gadungan tadi, dunia kini berorientasi kepada informasi, yang semua warganya percaya bahwa dirinya adalah pakar dalam semua hal, dari sini timbullah pertanyaan siapakah sosok pakar itu? apakah mereka yang mengakses ceramah lewat internet, Tetu tidak! pakar itu adalah mereka yang memiliki keahlian yang sifatnya terspesialiskan dan memiliki pemahaman yang mendalam, juga bisa mempresentasikan keahlain mereka, karakter pakar berpengetahuan luas, keahlian khusus (seperti ahli faroid), kontribusi padamasyarakat, tingkatan, dan pelatihan-pelatihan tertentu.

Dalam tradisi islam istilah pakar memang tidak di temukan tapi ada salah satu istilah yang kita kenal yaitu Ulama yang mana ulama itu belasal dari kata alim yang artinya mengetahui, dari kitab ibnu manzur di jelaskan bahwa ulama itu adalah mereka yang mengerjakan sesuatu berdasarkan apa yang mereka ketahui, jadi ulama itu bukan hanya mereka yang ahli dalam bidang agama, bahkan seorang sejarawan, olahragawan, fisikawan bisa juga di sebut ulama, Ko bisa, tentu hal ini ada persyaratan-persyaratannya, kalau kita membicarakan Ulama, Ulama juga tidak sembarangan, di lihat dari beberapa sudut pandang yaitu perlu adanya yang mengakui bukan mengaku-ngaku, berikutnya memiliki ke arifan sepiritual yang mana mereka mempunyai sumbangan besar pada ilmu, lalu kebermanfaatan, dan budi pekerti yang baik, siapa sih ulama itu menurut ibnu tayyim? ialah mereka yang perkataan-perkataannya dapat di percaya, jadi apa bila perkataanya tidak dapat di percaya maka dia belum bisa di sebut ulama, adapun masalah yang dampaknya berasal dari pakar terhadap masyarakat, yang pertama kesalahan pakar, dari kesalahan yang di sebabkan pakar bisa menyebabkan kerancuan atas ilmu dan menyesatkan orang banyak, kemudian adanya penyamarataan kedudukan seperti misalnya perbedaan pendapat antara murid dan guru, selanjutnya kegagalan mengenali pakar atau untuk ulama, selama ini masih banyaknya murid yang tidak mengenali ulamanya atau gurunya secara detail, manusia dan masyarakat yang memiliki pehaman yang setengah-setengah khususnya ulama yang memiliki pehaman setengah, tentu hal ini sangat berbahaya bagi agama dan masyarakat. lalu bagaimana kita mencegah budaya seperti ini ? yaitu dengan cara membudayakan ilmu sehat, dengan adanya pehaman tentang ilmu dan berasal dari mana sumbernya. Dengan kita mengetahui pakar atau ulama kita dapat mempercayai ilmu-ilmu yang dia berikan. Hal ini, akan memberikan kesempatan juga di satu sisi kepada masyarakat yang awam akan ilmu itu juga akan memberikan kesempatan masyarakat agar bisa berkecimpung pengembangan ilmu.

Kesimpulan :

  1. Menjadi sosok pakar bukan hal yang mudah.
  2. Pengenalan yang tepat atas kapasitas pakar.
  3. Sebagai problem solving atas masalah yang terjadi.

Pemateri Kedua Tentang “Stoikisme”

Stoikisme adalah sebuah aliran filsafat yang membawa prinsip hidup, stoikisme ialah solusi bagi kehidupan seperti orang stress dengan keadaan dan mereka ini membawa aliran filsafat yang memberikan suatu solusi, stoikisme memiliki ide atau prinsip yang cocok untuk diberikan prinsip hidup. seperti :

  1. Dikotomi Kontrol : Jadi dalam diri manusia terbagi menjadi dua yang bisa kita kontrol dan yang tidak bisa kontrol contoh yang bisa kita kontrol ialah perilaku kita sendiri dan yang tidak bisa kita kontrol ialah perasaan seseorang yang tidak kita ketahui yang mana biasanya terjadi pada hati seseorang atau perasaan orang terhadap kita maupun orang lain.
  2. Tidak Mengejar Hal Duniawi : Jadi ide ini mengarah untuk membuat seseorang tidak tergantung kepada materialis
  3. Mengingat Kematian : Dalam ide ini pemikiran stoikisme mengarah kepada akhir hidup kita, yang membuat seseorang mengetahui bahwa kita hidup di dunia hanya sementara.
  4. Percaya Takdir : Menerima takdir yang kita dapatkan.
  5. Mementingkan Nilai-Nilai Baik  : Rasional ( masuk akal ), tidak emosinal dan tetap berbuat baik meski banyak keburukan.

Ide-ide diatas ini sama seperti nilai-nilai pada islam, di beberapa tulisan dalam artikel terdapat beberapa titik ekstrim seperti menyamakan stoikisme dengan islam, perlu kita ketahui bahwasannya stoikisme dan islam sangat berbeda membawa ajaran islam ialah nabi muhammad Sallahu alaihi wasallam dan stoikisme berasal dari ajaran filusuf Barat, stoikisme itu berasal bukan dari hal yang kosong melainkan karena ada yang mempengaruhinya. Sejatinya stoikisme itu hadir dari sejarah panjang filasafat Yunani kuno sebelum masehi, jadi dalam perbedaan ini jelas bahwasannya tokoh dalam ajaran stoikisme berbeda dengan Islam dan berdirinya pun ajaran stoikisme ini jauh sebelum Nabi lahir. Konsep tuhan dalam stoikisme, mereka berpendapat bahwasannya alam itu adalah tuhan.

Pemateri Ketiga Tentang “Insan kamil sebagai tujuan akhir pendidkan islam”

Hal ini berasal dari fenomena dekadensi moral dalam dunia pendidikan yaitu tawuran, seks bebas, pornografi, buly membuly, narkoba. Ini sebagian dari dekadensi moral yang terjadi pada pelajar dan ada juga dekadensi moral pada alumni pelajar salah satunya ialah korupsi. Mengapa ini bisa terjadi padahal kita selalu ganti kurikulum? menurut Sir Muhammad Iqbal kalo misalnya pendidikan itu hanya berfokus pada intelektual maupun keterampilan seseorang peserta didik tanpa melihat hati nurani atau spritualnya maka terjadi ketidakseimbangan dalam aspek lahiriyah maupun batiniyah, lalu bagaimana dengan pendidikan dalam agama islam? menurut Ibnu Sina beliau mengatakan bahwa “Pendidikan itu dalam islam seharusnya mengembangkan seluruh potensi peserta didik yang mana bukan hanya intelektual dan keterampilannya saja tetapi, harus juga spiritual dan hatinya juga sama, yang dikatakan seperti Imam Al Ghazali mengatakan bahwa “Pendidikan itu harusnya melahirkan orang-orang atau peserta didik yang mendekatkan diri kepada Allah dan bersejajarkan diri dengan malaikat, maksudnya manusia harus berperilaku baik. Selanjutnya dari Syaikh Yusuf al- Qardhawy beliau mengatakan “Bahwa pendidikan islam itu bukan hanya tentang akal saja akan tetapi hati, rohani dan jasmaninya juga. Menurut Syekh Muhammad Nawuid  Al-Attas “Pengenalan dan pengakuan tempat-tempat yang benar dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan sehingga membingbing kearah pengenalan dan pengakuan akan tempat tuhan yang tepat di dalam tatanan wujud dan kepribadian.

Tujuan dari pendidikan adalah Insan Kamil menurut Ibnu Arabi “Manusia merupakan bentuk tertinggi di banding seluruh alam”. Apa relevansi Insan Kamil dengan pendidikan, Insan Kamil di bawa dari seorang filusuf Ibnu Arabi dan menurut Sir Muhammad Iqbal beliau mengistilahkan “Untuk mencapai Insan Kamil peserta didik itu lebih mencapai yang namanya Khudi”, Khudi ialah ketika peserta didik sudah mampu mencapai entitas ego yang tertiggi maksudnya, kalo peserta didik sudah mampu mengarahkan dirinya atau mengarahkan apa yang ada di dalam hatinya untuk mendekatkan diri dengan Allah Swt jadi tidak belok-belok lagi sikap dan perbuatannya. Bagaimana cara mencapai konsep Khudi ini?

  1. konsep Individualitas : Memupuk sifat-sifat individualitas manusia agar menjadi manusia yang sempurna, sehingga dapat menciptakan sifat-sifat ketuhanan menjelma dalam dirinya.
  2. Pertumbuhan Individu : Individu merupakan makhluk dinamis, untuk itu pendidikan harus mampu mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan secara optimal.
  3. Keseimbangan Jasmani dan Rohani : Perkembangan individu memiliki implikasi bahwa ia harus dapat mengembangkan kekayaan batin dan exsistensinya.
  4. Pertautan Individu Dengan Masyarakat : Masyarakat adalah tempat individu menyatakan keberadaannya.
  5. Kreativitas Individu : Dengan kreativitas manusia mampu melepaskan diri dari keterbatasan.
  6. Peran Intelek Dan Intuisi : Pendidikan hendaknya memperhatikan aspek intelek dan intuisi individu sekaligus.
  7. Pendidikan Watak : Watak ini mencakupan sensifitas dan kekuatan.
  8. Pendidikan Sosial : Kehidupan sosial selayaknya dilaksanakan di atas dasar dan prinsip tauhid.

Dalam mencari ilmu hukum dalam islam ialah Fardhu ‘ain, mencari ilmu tinggkat tinggi secara ke agamaan suatu yang disyaratkan oleh al-quran, sunnah, syariat, teologi, metafisika islam, ilmu bahasa.

Kesimpulan :

Pada akhirnya Insan Kamil akan mengantarkan peserta didik sesuai dengan tujuan hidupnya dan perannya sebagai ciptaan Allah SWT.

 

(Red./Humas STPDN)