Info
Rabu, 12 Feb 2025
  • Selamat Datang di Website Sekolah Tinggi Pesantren Darunna'im - Perguruan Tinggi Islam yang Berkualitas di Provinsi Banten
  • Selamat Datang di Website Sekolah Tinggi Pesantren Darunna'im - Perguruan Tinggi Islam yang Berkualitas di Provinsi Banten

Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Tradisi Keagamaan Masyarakat Muslim Baduy

Oleh: Dr. Dadan Sunandar, Lc., MA.

 

Abstrak

Artikel ini mengeksplorasi nilai pendidikan Islam yang bertransformatif menjadi tradisi kegamaan di masyarakat moslem Baduy, ketika islamisasi di Suku Baduy kemudian menjadi Mualaf namun masih saja praktik sinkretis dan kuatnya cara pandang, tradisi, dan ikatan spiritual dengan pemimpin dan leluhur. Metode penelitian ini menggunakan deskriptif Islam empiris dengan pengumpulan sumber data primer yang diperoleh dari lapangan. Penelitian  bersifat deskriptif analitis, bersifat deskriptif dalam bentuk menggambarkan situasi, kondisi, keadaan, dan realitas masyarakat Baduy.

Hasil studi menemukan bahwa transformatif dari nilai pendidikan Islam ke dalam tradisi keagamaan masyarakat muslim Baduy msmpu mewujudkan nilai tertentu dapat diterapkan, meskipun secara implisit berkonotasi dengan tradisi kearifan lokal dan nilai pendidikan Islam, namun bukan berarti prilaku dan tradisi keagamaan terhalangi karena selalu dibenturkan dengan adanya inovasi, kemajuan teknologi dan globalisasi. Namun nilai pendidikan Islam dikenal sebagai dilaksanakan secara tradisional di satu sisi fleksibel dengan kearifan lokal,  dalam segala sistemnya di sisi lain tidak menutup diri terhadap segala bentuk perubahan, bahkan menyesuaikan diri dengan kebutuhan masyarakat dan zaman.

 

Pendahuluan

Baduy salah satu kelompok sosial, yang paling unik di Indonesia, baik dari segi budaya, adat maupun tradisi. Desa yang tertutup bagi orang luar terutama selama ritual yang dianggap sakral bagi mereka. Sebagian  besar waktunya untuk berkomunikasi dengan roh. Mereka dianggap melawan leluhur ketika Islam datang ke tanah air mereka dan mereka melarikan diri ke pegunungan untuk menjaga adat istiadat agama mereka, agar tetap hidup.[1] Baduy merupakan salah satu entitas budaya di Indonesia yang masih kokoh berdiri memegang prinsip-prinsip yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Baduy Masyarakat Dalam (Baduy Dalam) di Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten memegang tradisi tabu yang kuat. Masyarakat Baduy berupaya melestarikan nilai-nilai budaya, melalui pendidikan formal/sekolah, diharapkan peribahasa yang penuh dengan Makna filosofisnya, “petunjuk yang baik kepada Sang Pencipta, sesama manusia, dan alam”, sampai kapanpun harus dipertahankan.[2]

Populasi suku Baduy diperkirakan sekitar 26.000 jiwa, termasuk kelompok masyarakat yang sangat tertutup dari dunia luar. Suku Baduy termasuk dalam subsuku Sunda yang belum terpengaruh modernisasi dan masih memiliki tradisi dan adat khas yang hampir sama sekali terasing dari dunia luar. Menurut penelitian, agama yang dianut oleh suku Baduy adalah Sunda Wiwitan yang merupakan sinkretisme antara Islam dan Hindu.[3] Sunda Wiwitanyang dipercayai dan diyakini sebagai satu kekuatan yaitu batara tunggal yang disimbolkan dengan Domas Arka. Selain itu, agama atau kepercayaan Sunda Wiwitan diwujudkan dengan adanya norma dan adat masyarakat berupa buyut (larangan) dan pikukuh (aturan) yang harus dipatuhi pengikut, penulis mengutip Djatisunda, bahwa orang Baduy secara sadar mengakui bahwa identitas mereka didasarkan pada agama.[4] Salah satu kampung Dangka Baduy adalah Cicakal Girang. Desa ini adalah satu-satunya desa di tanah komunal yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Warga Cicakal Girang tidak lagi melaksanakan sebagian Baduy peraturan masyarakat tentang tanah ulayat. Rumah warga Cickal Girang sudah tidak ada lagi terbuat dari bahan alami seperti kayu, injuk dan rotan. Mereka membudidayakan tanaman yang dilarang bagi masyarakat Baduy, seperti cengkeh atau menanam padi.[5]

Namun dalam penelitian lain ditemukan bahwa Suku Baduy telah mengenal Islam selama ratusan tahun. Pada tahun 1680-an, Islam dipeluk oleh suku Baduy di desa Cikakal Girang. Orang-orang beriman biasanya menjalankan agama berdasarkan kepercayaan mereka dan penerus mereka mengikuti agama orang tua dan nenek moyang mereka. Ketika bayi lahir, anak tersebut akan mengikuti ajaran agama yang diajarkan oleh orang tuanya.[6] Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam sabda Nabi Muhammad SAW bahwa setiap bayi yang lahir akan berada dalam keadaan fitrah dan bergantung pada orang tuanya. Konversi agama menunjukkan bahwa ini bukanlah sesuatu yang baru bagi kita. Seseorang yang pindah agama dari agama lain seperti Budha, Hindu, Kristen ke Islam biasa disebut Muallaf. Muallaf adalah seseorang yang mengenal Islam dan dia baru saja masuk Islam, yang pada mulanya orang tersebut mengikuti agama lain, sehingga kemudian dia masuk Islam untuk lebih memahami Islam dan mengamalkan ajaran Islam. Sekalipun ketaatan masyarakat Baduy dalam menjalankan amanah leluhur sangat tinggi kuat dan tegas, namun tidak ada sifat pemaksaan bagi masyarakat Baduy itu sendiri. Jadi setiap orang Baduy bisa memilih dan tidak ada larangan meninggalkan keyakinannya, hal ini menimbulkan kesadaran beragama bagi setiap orang Baduy yang ingin meninggalkan kepercayaan dan adat istiadatnya kemudian memilih agamanya sendiri.

Keberadaan masyarakat Baduy Muslim berada pada lapisan Dangka Baduy. Baduy dangkal hidup berdampingan dengan orang Baduy luar. Bahkan dalam hal pakaian, antara orang Baduy Dangka dengan orang di luar Baduy tidak lagi terlihat perbedaan. Saat ini banyak orang Baduy Dangka yang beragama Islam, bahkan memakai jilbab sebagai model seorang muslimah, begitupun seperti muslim lainnya. Hanya untuk berjaga-jaga hal-hal tertentu mereka terkadang masih mengikuti aturan – aturan atau adat istiadat, terutama pada saat perayaan-perayaan tradisi Baduy yang dianggap suci.

Secara tradisional, kehidupan Baduy Dangka jauh lebih longgar dibandingkan Baduy Panamping sendiri. Karena keberadaan masyarakat Baduy Dangka awalnya berasal dari masyarakat panamping kuncian. Hampir sama dengan masyarakat Baduy Panamping, munculnya masyarakat Baduy Dangka berasal dari dua faktor; Pertama, karena keinginannya sendiri bergerak dari Panamping ke masyarakat yang hidup lebih bebas. Kedua, karena faktor pengusiran dari Panamping yang tidak lazim. Meski begitu, warga Baduy Dangka tetap diperbolehkan kembali ke wujud semula masyarakat Panamping setelah dia menebus dosa-dosanya dengan menjalani upacara penyucian dosa akibat melanggar ketentuan adat. [7]

Kondisi pendidikan masyarakat Baduy sampai saat ini, baik Baduy dalam maupun  Baduy luar berbeda dengan pendidikan pada umumnya sebagaimana diterapkan dalam kehidupan modern seperti saat ini. Pendidikan Islam di Baduy memiliki konsep yang sederhana dibandingkan dengan pendidikan Islam modern. Konsep tersebut disesuaikan dengan aturan, ajaran dan hukum adat istiadat masyarakat Baduy. Model papagan (mengajar sesama warga) di masyarakat Baduy diprioritaskan dan diarahkan pada memahami dasar-dasar hukum adat disampaikan secara lisan dan diujicobakan kepada semua masing-masing anak dan cucunya dan tidak dalam bentuk tertulis. Materi atau substansi pendidikan yang diajarkan oleh mereka pada dasarnya turun-temurun sesuai dengan kebutuhan hidup saja.

Dalam hal ini, peneliti juga mengutip beberapa penelitian sebelumnya, seperti penelitian berjudul Potret Pendidikan di Komunitas Muslim Muallaf Suku Baduy Banten, Potret Pendidikan di Komunitas Muslim Muallaf Suku Baduy Banten, Pengembangan Kajian Agama Dengan Kearifan Lokal Di Tanah Adat Baduy, dan penelitian sejarah Perkembangan sosial ekonomi masyarakat Baduy setelahnya berdirinya Provinsi Banten pada tahun 2000. Baduy adalah sekelompok masyarakat adat yang memiliki perbedaan yang cukup jelas termasuk kebiasaan, cara agama, dan terutama dalam hal cara mereka gaun. Orang Baduy menunjukkan perbedaan karena mereka merupakan suku pedalaman yang masih lestari hingga saat ini. Oleh karena itu, kondisi ini memang benar karena Baduy memiliki stratifikasi sosial yang cukup jelas di mata yang lain.

Artikel ini membahas tentang bagaimana pendidikan agama Islam yang menjadi tradisi keagamaan masyarakat muslim Baduy. Ada dua pertanyaan yang diajukan. Secara teoritis bagaimana konsep nilai pendidikan Islam yang dipahami oleh masyarakat  muslim Baduy? Bagaimana implementasi nilai pendidikan Islam di masyarakat muslim Baduy?

 

Pendidikan Islam di Baduy

Muslim di Cikakal merupakan pendatang dari luar Baduy, sehingga di kampung Cikakal Baduy, ada madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah Tsanawiyah. Lembaga pendidikan yang dimulai untuk memediasi penyebaran dakwah dan  Agama Islam, disamping madrasah ada pula pengajian dan halaqoh yang merupakan tempat proses islamisasi dengan memulai proses pencerdasan bagi anak-anak baduy, khususnya. Dengan adanya lembagapendidikan dan pendidik, dan tenaga kependidikan lainnya sangat membantu terhadap perkembangan pendidikan Islam yang ada di Baduy, disamping ada banyak tokoh yang terlibat dalam memeajukan pendidikan di Baduy.[8]

Pendidikan Islam yang diimplementasikan di masyarakat Baduy cukup komprehensif dan bervariasi berbagai aspek,  meskipun secara umum, konsep pendidikan Islam  sangat baru bagi masyarakat Baduy, namun tidak jauh berbeda dengan pesantren pada umumnya. Namun, hal yang baru memiliki pengaruh besar terutama pendidikan Islam beberapa perbedaan substansial dalam tujuan dan aplikasi. Sejumlah konsep implementasi pendidikan Islam. Sebagaimana penelitian yang dilakukan Achmad Sopian, bahwa ada beberapa nilai pendidikan Islam yang bisa diimplementasikan secara subtantif dan aplikatif di antaranya.[9]  Pertama, penyelenggaraan pendidikan Islam dan pengembangan pendidikan nonformal bagi mualaf suku Baduy, khususnya anak-anak, remaja, dan dewasa. Kedua, pelaksanaan pendidikan Islam yang khusus untuk usia lanjut memberikan pemahaman agama dan tujuan hidup yang akan dilalui setelah meninggal. Ketiga Melahirkan lulusan (output) mualaf yang berkualitas. Efektivitas implementasi Pendidikan dan pembelajaran Islam terbukti memberikan pengaruh positif bagi mualaf. Keempat Pengembangan komponen pembelajaran lebih mendalam untuk memahami pendidikan Islam. Mengacu pada teori bahwa komponen pembelajaran sebagai kurikulum meliputi tujuan, materi, metode, dan evaluasi.

Selanjutnya dari kerangka konsep di atas, maka mengingat suku Baduy disebut perkumpulan keagamaan Islam Sunda Wiwitan, Nasarudin Umar sebut saja semacam versi Islam Baduy,[10] yang menyatakan bahwa adanya kedekatan ajaran Islam Sunda Wiwitan dengan ajaran tertentu dalam Islam, kemudian pendidikan agama di sini selanjutnya diarahkan pada perkembangan pendidikan agama Islam di tanah adat Baduy. Beberapa jenis institusi pendidikan yang berkembang dalam masyarakat Islam di Indonesia adalah pesantren, pendidikan diniyah dan pendidikan madrasah. Sebagai lembaga pendidikan tradisional, termasuk pesantren dan pendidikan Islam lainnya tidak hanya menjadi benteng budaya tetapi pesantren sebagai kekuatan pemersatu bangsa dari nol gesekan dan perubahan nilai-nilai sosial konsekuensi implisit dari modernitas.[11]

Dalam penelitian Nashir dan Jinan (2018) mengatakan reislamisasi adalah proses yang dialami seorang muslim menjadi lebih Islami, baik dari akidah, ilmu, maupun pengamalan ajaran agama. Salah satunya di Baduy Dalam, namun, kenyataannya adalah bahwa meskipun mereka sudah masuk Islam, kehidupan spiritual mereka masih sinkretis: memberi sesaji kepada tempat yang dianggap keramat, melakukan ritual untuk leluhur, bukan sembahyang lima kali sehari, dan puasa di bulan Ramadhan, dan sebagainya.[12] Zid dkk. Dalam laporan penelitiannya, bahwa kehidupan mualaf Baduy telah menjadi marjinal dan tersubordinasi oleh mayoritas dan hegemonik kekuatan: pejabat adat agama dan masyarakat Baduy Dalam lainnya.[13] Murtadlo menyatakan bahwa masuk Islam bagi Suku Baduy sangat sulit, bahkan membahayakan nyawa mereka. Mereka harus mematuhi warisan aturan dan tradisi itu mutlak dalam kehidupan orang Baduy Dalam meninggalkan wilayahnya.[14] Sekarang, ratusan mualaf telah kehilangan tempat tinggal selama bertahun-tahun. Melihat Baduy berubah menjadi panas dan hujan dan tidur di jalanan sudah biasa. Ada yang tinggal di gubuk milik tanah orang lain. Selain itu, mereka juga kehilangan aset dan tidak memiliki pendidikan dan keterampilan.

Berdasarkan konsep dan praktik yang dikembangkan pendidikan Islam di Baduy tersebut, kemudian pengembangan akses pendidikan, apalagi pendidikan formal yang ditawarkan negara kepada warganya menjadi tidak memiliki kesempatan untuk memasuki kehidupan Suku Baduy. Konsekuensi dari fakta ini banyak anak-anak Baduy yang tidak bisa membaca. Melihat fakta seperti itu, penelitian lapangan yang dilakukan ini terus berlanjut mencari cara jika memungkinkan proses transformasi pengetahuan pendidikan Islam yang masuk ke dalam bagian dari orang-orang yang tinggal di tanah daerah Baduy yang akan menjadi tradisi keagamaan bagi masyarakat muslim di Baduy.

 

Metode

Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif Islam empiris dengan pengumpulan sumber data primer yang diperoleh dari lapangan. Penelitian  bersifat deskriptif analitis, bersifat deskriptif dalam bentuk menggambarkan situasi, kondisi, keadaan, dan realitas masyarakat Baduy, khususnya nilai pendidikan  Islam yang menjadi tradisi keagamaan kemudian dianalisis bagaimana masalahnya untuk menemukan solusi dari permasalahan. Jenis dan sumber data yang digunakan adalah data primer diperoleh dari hasil wawancara dan observasi di lapangan disertai dengan berbagai bahan primer, sekunder dikumpulkan dengan instrumen yang relevan, yaitu data yang terkumpul dianalisis secara kualitatif metode analisis.

 

Hasil dan Pembahasan

Masyarakat Baduy sangat kental dengan tradisi ritual keagamaan dengan memegang teguh leluhurnya dan menerapkan tata cara leluhur dalam menjalankan hidupnya seperti tidak diperkenankan menggunakan teknologi dimanapun dan kapanpun, tidak menggunakan barang-barang elektronik, dan tidak ada barang pecah belah seperti plastik atau bahan yang menggunakan atau terbuat dari mesin yang dipergunakan sebagai alat rumah tangga. Rumah Baduy Dalam terbuat dari bahan alam, seperti kayu, dan bambu, dan atapnya terbuat dari daun kering. Baduy arsitektur rumah mengikuti aturan tertentu. Itu harus dibangun sebagai rumah panggung, dan pintu harus menghadap utara dan selatan, sedangkan suhunan (Atap) menghadap barat dan timur. Orang–orang Baduy Dalam menggunakan satu pasak dan satu pintu. Orang Baduy menyimpan hasil panennya di leuit (lumbung). Lumbung ditempatkan terpisah dari rumah mereka. Dalam hal karakteristik pakaian, mereka memakai ikat kepala, baju Kampret (pakaian adat Sunda), dan Samping sebagai mereka pakaian bawah, yang dikenakan dengan cara melilitkannya di pinggang.

Kesenian tradisional masyarakat Baduy disebut Angklung Buhun (semacam alat musik tradisional). Yang demikian itu masih dianggap sesuatu yang suci dan sakral, secara konsisten dikaitkan dengan kepercayaan masyarakatnya. Oleh karena itu, alat musik ini hanya dipertunjukkan pada waktu tertentu kesempatan. Sunda Wiwitan (agama kepercayaan orang Sunda) yang tidak tersebar di luar daerah Baduy. Orang Baduy memiliki kepercayaan yang kuat terhadap adat istiadat. Melaksanakan ajaran nenek moyang mereka dengan kuat, tegas, dan tegas; Namun, tidak ada paksaan dari akan. Hal ini dibuktikan dengan filosofi hidup yang bijaksana dan berwawasan ke depan kewaspadaan yang luar biasa dari nenek moyang mereka. Kearifan lokal Baduy terutama terletak pada cara kehidupan, perilaku, dan kepribadian yang begitu patuh pada nilai-nilai leluhurnya warisan.

Pada umumnya pembelajaran yang diajarkannya pendidikan Islam pada masyarakat Baduy, tidak hanya melalui contoh sikap dan prilaku yang baik, tetapi dari perilaku dan tindakan manusia yang lain, sehingga, guru sebagai contoh dari sekian banyak orang yang terpilih maka dituntut untuk, diantaranya pertama: memiliki kepribadian yang baik sebagai seorang pendidik dan sebagai manusia bersikap sosial. Upaya pendidikan dalam menciptakan sumber belajar yang berdaya guna, jujur, bertanggung jawab, suka menolong, kreatif, dan aktif akan dipercepat melalui guru contoh kepribadian. Kedua: Guru harus menunjukkan hubungan yang baik dengan siswa, guru lain, kepala sekolah, dan administrator sekolah. Ketiga, guru menunjukkan kebaikan  sebagai salah satu keahlian dalam kepemimpinan. Keempat, sikap guru tidak boleh membeda-bedakan siswa karena dapat menimbulkan sikap negatif terhadap pelajaran dan guru.

Selama pembelajaran nilai-nilai  pendidikan Islam yang diajarkan, memiliki karakter dari setiap nilai pendidikan Islam. Di antaranya nilai pendidikan Islam yang senantiasa diimplementasikan, terutama oleh  Guru sebagai pendidik di antaranya ketika masuk rumah dengan menyapa dan menggunakan salam Muslim. Setelah itu, guru mulai menjelaskan materi pelajaran. Beberapa kali selama pelajaran, ada selingan tanya jawab dengan siswa, baik itu dimulai dari guru atau para siswa. Kadang-kadang, terlihat pula upaya guru untuk mempertahankan siswa dimotivasi, terutama saat dialog, selingan di tengah pembelajaran, dengan membawakan contoh cerita konkrit yang terjadi di masyarakat untuk menguatkan kesan materi pembelajaran. Nilai-nilai  karakter dari kearifan lokal, direlevansikan dengan pendidikan Islam sehingga memiliki nilai yang harus ditradisikan sampai kepada tahap pengembangan karakter, dieksplorasi semaksimal mungkin selama proses pembelajaran. Kondisi ini erat kaitannya dengan model dan Metode pembelajaran yang digunakan.. Sementara media dan sumber belajar pada umumnya belum memasukkan kearifan lokal. Guru cenderung hanya menggunakan buku teks sebagai sumber belajar. Dalam hal penilaian yang dikembangkan oleh guru di dalamnya

Pendidikan Islam memiliki nilai dan karakter khusus dalam menjalankan kehidupan di tengah masyarakat yang kental sarat dengan tradisi keagamaan yang kuat, kearifan lokal yang masih melekat dengan nenek moyang, namun Islam sebagai agama dan memiliki nilai pendidikan hal ini dipandang sebagai upaya untuk mengembangkan masyarakat yang cerdas dalam memahami dan mencari solusi dari setiap persoalan, bersikap demokratis sesuai dengan aturan dan ketentuan, dan religius ketika menghadapi persoalan hukum dan adat dengan menyesuaikan kekinian.

Pendidikan Islam dipandang sebagai pendidikan yang berkarakter multidimensi yang mengandung kompetensi yang terdiri dari pengetahuan keimanan, ketaqwaan, keterampilan, komitmen yang mengarah pada kemampuan untuk mengintegrasikan pengambilan keputusan yang terinformasi dengan baik dan beralasan, yang secara praktis dibutuhkan oleh individu untuk menjadi masyarakat yang partisipatif dan bertanggung jawab. Setiap masyarakat khususnya muslim Baduy diharapkan mampu berpikir logis, kritis, dan sistematis, memahami berbagai masalah yang berkaitan dengan perbedaan budaya, dan bertanggung jawab atas masalah, kooperatif tanpa kekerasan. Nilai  pendidikan Islam akan lebih bermakna jika seorang guru atau orang tua dapat mentransformasi setiap kebaikan nilai yang tumbuh di lingkungan sosial untuk memperkuat karakter individu. Hal ini sebagai bentuk transformasi dari segala penciptaan dan perubahan dari keseluruhan bentuk, fungsi, atau struktur, yang meliputi transformasi yang diamati secara fisik, dan transformasi yang terjadi dalam diri individu, hal ini menjadi proses interaksi digunakan melalui pendidikan Islam sebagai transformasi nilai-nilai budaya antar generasi.

Nilai pendidikan memberikan acuan perilaku dalam kehidupan sehari-hari, sehingga transformasi nilai adalah proses mengubah cara berpikir yang berkaitan dengan sesuatu yang baik, mencintai kebaikan, menginginkan kebaikan, dan akhirnya berbuat baik. Upaya pembentukan karakter individu melalui pendidikan Islam, kearifan lokal perlu dikembangkan bersama tradisi keagamaan yang mengikuti nilai-nilai yang berlaku sehingga identitas karakter masyarakat Baduy dapat dipertahankan. Kehidupan yang harmonis dan suasana akademis yang kondusif antara guru, siswa, lingkungan, dan masyarakat Baduy mematuhi norma yang dijunjung tinggi mendukung tercapainya keberhasilan pendidikan. Termasuk pemangku kepentingan pendidikan. Dengan demikian perlu memasukkan karakter moral ke dalam kurikulum sekolah yang akan menjadi tradiisi dan lingkungan yang berdampak pada pola perilaku masyarakat, oleh karena itu pengembangan dan penanaman pemahaman kearifan lokal bagi masyarakat memerlukan strategi, media pembinaan, pengembangan, dan pelestarian yang cocok untuk masyarakat yang beragam.

 

Kesimpulan

Nilai pendidikan Islam yang bertransformasi kepada nilai-nilai kearifan lokal Baduy dalam masyarakat Baduy Muslim adalah nilai yang diimplementasikan sehingga menjadi tradisi keagamaan maysarakat Baduy yang religius, santun, demokratis. Keberhasilan  pendidikan Islam yang diajarkan kemudian diimplementasikan merupakan potensi dan kompetensi masyarakat muslim sebagai perancang pembelajaran di lingkungan masyarakat Baduy Dalam, mentransformasikan nilai-nilai kearifan lokal yang menjadi tradisi ritual, disesuaikan dengan nilai-nilia pendidikan Islam, maka  masyarakat setempat dengan peran dan fungsi sebagai pemangku kepentingan sangat berperan terhadap individu yang memantau proses pendidikan Islam, dalam peran ini, guru juga mencerminkan pada transformasi nilai kearifan budaya lokal yang selama ini dilakukan sehingga intensitas komunikasi di masyarakat dapat terjalin harmonis. Berdasarkan pembahasan di atas, bahwa nilai-nilai pendidikan Islam Baduy harus dilestarikan dan diubah bagi generasi penerus bangsa melalui pendidikan Islam.

 

Daftar Pustaka :

Aat Royhatudin. “PENGUATAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DI SEKOLAH DASAR MALNU PUSAT MENES.” Jurnal Pendidikan Agama Islam 2 (2020): 184–198.

Achmad Sopian. “IMPLEMENTASI PENDIDIKAN ISLAM MUALAF SUKU BADUY LEBAK BANTEN.” PeTeKa (Jurnal Penelitian Tindakan Kelas dan Pengembangan Pembelajaran) 4, no. 3 (2021): 463–474.

———. “Moslem Baduy Community Infoundation At-Taubah 60 Kampung Landeuh Lebak Banten.” In Proceeding International Conference on Religion, Science and Education, 285–292, 2022.

Edwar, A., Ulfah, M. and Maratusyolihat, M. “Keagamaan Suku Baduy Lebak Banten: Antara Islam Dan Islam Sunda Wiwitan.” Alim: Journal of Islamic Education, 3, no. 1 (2021): 39–54.

Elan & Elis Solihati. “Potential Transformation of Baduy Local Wisdom Values in Civics Education Learning in Elementary School.” Premiere Educandum: Jurnal Pendidikan Dasar dan Pembelajaran 12, no. 1 (2022): 88–105.

Harvey Arden, National Geographic. “BADUY.” Facts and Details, n.d. https://factsanddetails.com/indonesia/Minorities_and_Regions/sub6_3c/entry-4002.html.

Kamarudin Amin. “Pendidikan Islam Di Tanah.” PENDIIS, 2014.

Kompas.com. Suku Baduy: Sejarah, Adat, Dan Agama. Jakarta, 2022.

Murtadlo, M. “Pengembangan Pendidikan Agama Berkearifan Lokal Di Tanah Ulayat Baduy Lebak Banten.” Edukasi: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama Dan Keagamaan 1, no. 1 (2017): 73–89.

Nasaruddin Umar. ““Agama & Kepercayaan Lokal: Agama Slam Sunda Wiwitan,” 2015.

Nashir, H., & Jinan, M. “Re-Islamisation: The Conversion of Subculture from Abangan IntoSantri in Surakarta.” Indonesian Journal of Islam and Muslim Societies, 8, no. 1 (2018): 1–28.

Salma Qowiyatun Naziaha, Holy Rafika Dhona. “Islamic Discourse and Baduy in Tanah Ulayat Kanekes: Contestations and Connections.” Asian Journal of Media and Communication 5, no. 1 (2021): 71–90.

Zid, M., Hardi, O. S., Falah, H., Puspa, A. P., Afnia, A. N., Sari, L., Mawah, F. N., &, and N. A. Ramadhaniyah. “Interaksi Dan Perubahan Sosial Masyarakat Baduy Di Era Modern.” Wahana Komunikasi Dan Informasi Geografi, 17, no. 1 (2017): 14–24.

[1] National Geographic Harvey Arden, “BADUY,” Facts and Details, n.d., https://factsanddetails.com/indonesia/Minorities_and_Regions/sub6_3c/entry-4002.html.

[2] Elan & Elis Solihati, “Potential Transformation of Baduy Local Wisdom Values in Civics Education Learning in Elementary School,” Premiere Educandum: Jurnal Pendidikan Dasar dan Pembelajaran 12, no. 1 (2022): 88–105.

[3] Kompas.com, Suku Baduy: Sejarah, Adat, Dan Agama (Jakarta, 2022).

[4] Holy Rafika Dhona Salma Qowiyatun Naziaha, “Islamic Discourse and Baduy in Tanah Ulayat Kanekes: Contestations and Connections,” Asian Journal of Media and Communication 5, no. 1 (2021): 71–90.

[5] M Edwar, A., Ulfah, M. and Maratusyolihat, “Keagamaan Suku Baduy Lebak Banten: Antara Islam Dan Islam Sunda Wiwitan.,” Alim: Journal of Islamic Education, 3, no. 1 (2021): 39–54.

[6] Achmad Sopian, “Moslem Baduy Community Infoundation At-Taubah 60 Kampung Landeuh Lebak Banten,” in Proceeding International Conference on Religion, Science and Education, 2022, 285–292.

[7] Edwar, A., Ulfah, M. and Maratusyolihat, “Keagamaan Suku Baduy Lebak Banten: Antara Islam Dan Islam Sunda Wiwitan”,. 39–54..

[8] Kamarudin Amin, “Pendidikan Islam Di Tanah,” PENDIIS, 2014.

[9] Achmad Sopian, “IMPLEMENTASI PENDIDIKAN ISLAM MUALAF SUKU BADUY LEBAK BANTEN,” PeTeKa (Jurnal Penelitian Tindakan Kelas dan Pengembangan Pembelajaran) 4, no. 3 (2021): 463–474.

[10] Nasaruddin Umar, ““Agama & Kepercayaan Lokal: Agama Slam Sunda Wiwitan,” 2015.

[11] Aat Royhatudin, “PENGUATAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DI SEKOLAH DASAR MALNU PUSAT MENES,” Jurnal Pendidikan Agama Islam 2 (2020): 184–198.

[12] M. Nashir, H., & Jinan, “Re-Islamisation: The Conversion of Subculture from Abangan IntoSantri in Surakarta.,” Indonesian Journal of Islam and Muslim Societies, 8, no. 1 (2018): 1–28.

[13] & Zid, M., Hardi, O. S., Falah, H., Puspa, A. P., Afnia, A. N., Sari, L., Mawah, F. N. and N. A. Ramadhaniyah, “Interaksi Dan Perubahan Sosial Masyarakat Baduy Di Era Modern.,” Wahana Komunikasi Dan Informasi Geografi, 17, no. 1 (2017): 14–24.

[14] M Murtadlo, “Pengembangan Pendidikan Agama Berkearifan Lokal Di Tanah Ulayat Baduy Lebak Banten.,” Edukasi: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama Dan Keagamaan 1, no. 1 (2017): 73–89.

Share:

Artikel Terkait

Tasawwuf dan Bimbingan Konseling Islam
Tasawwuf dan Bimbingan Konseling Islam
Tasawwuf dan Bimbingan Konseling Islam   Beberapa tahun terakhir, penulis yang juga dosen pada program...
Integrasi Kurikulum Islami dengan Kebutuhan Global dalam Membangun Generasi Islami yang Kompetitif
Integrasi Kurikulum Islami dengan Kebutuhan Global dalam Membangun Generasi Islami yang Kompetitif
Oleh : Ahmad Fitriyadi Sari   A. Pendahuluan Pendidikan Islam memiliki peran strategis dalam membentuk...
Budaya kerja yang baik menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas
Budaya kerja yang baik menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas
Budaya kerja yang baik merupakan salah satu faktor utama dalam menciptakan sumber daya manusia (SDM)...
Menumbuhkan Etika, Adab, dan Akhlak Islami dalam Menghadapi Tantangan Globalisasi
Menumbuhkan Etika, Adab, dan Akhlak Islami dalam Menghadapi Tantangan Globalisasi
Oleh: Ahmad Fitriyadi Sari A. Abstrak Globalisasi menghadirkan kemudahan akses informasi dan interaksi...
Mindset Berpikir Positif sebagai Fondasi Sukses dan Kebahagiaan
Mindset Berpikir Positif sebagai Fondasi Sukses dan Kebahagiaan
Dalam kehidupan sehari-hari, cara kita berpikir mempengaruhi bagaimana kita merespons tantangan dan peluang....
Strategi Manajemen Pendidikan Inklusif di Daerah Terpencil
Strategi Manajemen Pendidikan Inklusif di Daerah Terpencil
Pendidikan inklusif, yang menekankan pada penyediaan akses pendidikan yang setara bagi semua siswa tanpa...
Niat: Kunci Sukses dalam Setiap Langkah
Niat: Kunci Sukses dalam Setiap Langkah
Oleh : Ahmad Fitriyadi Sari Niat adalah hal yang sangat mendasar, namun sering kali diabaikan. Dalam...
Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Tradisi Keagamaan  Masyarakat Muslim Baduy
Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Tradisi Keagamaan Masyarakat Muslim Baduy
Oleh: Dr. Dadan Sunandar, Lc., MA.   Abstrak Artikel ini mengeksplorasi nilai pendidikan Islam yang...
Urgensi Identitas pada Lembaga Pendidikan Islam
Urgensi Identitas pada Lembaga Pendidikan Islam
Oleh : Ahmad Fitriyadi Sari Pendidikan merupakan salah satu aspek paling penting dalam kehidupan manusia....
SYUBUHAT SEPUTAR AL-QUR’AN
SYUBUHAT SEPUTAR AL-QUR’AN
Oleh: Dr. Dadan Sunandar, Lc., M.A. dadansunandar68@gmail.com   Abstrak Penelitian ini bertujuan...

Berita Terbaru

Berita UKM Terbaru

x