Takhalli, Tahalli, Tajalli
Oleh: Ahmad Himawan
Abstrak
Reformasi yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto tidak hanya menyentuh struktur kelembagaan, melainkan juga menuntut revolusi batin dalam tubuh kekuasaan negara. Dalam perspektif tasawuf, gerakan ini sejalan dengan tiga tahap pembersihan ruhani: takhalli (mengosongkan diri dari keburukan), tahalli (menghiasi diri dengan kebajikan), dan tajalli (memancarkan cahaya kebenaran). Tulisan ini menafsirkan reformasi pemerintahan dari kabinet, kementerian keuangan, Polri, TNI, hingga lembaga intelijen sebagai proses spiritual menuju pemerintahan yang bersih, berjiwa, dan berdaulat di bawah bimbingan Allah.
Takhalli Membersihkan Diri dari Kekuasaan yang Gelap
Reformasi sejati dimulai dari pembersihan batin kekuasaan. Presiden Prabowo dalam berbagai pidatonya menegaskan bahwa setiap pejabat harus berani menanggalkan kepentingan pribadi, kelompok, dan ambisi ekonomi yang menodai amanah rakyat. Inilah takhalli dalam konteks negara pengosongan diri dari kerak moral, kerak korupsi, kerak kesombongan birokrasi yang telah lama membatu dalam sistem pemerintahan.“Negara ini tidak bisa dibangun di atas kebohongan,” tegas Presiden. Pernyataan itu bukan sekadar kritik, tetapi ajakan untuk bertobat secara kolektif. Takhalli berarti reformasi total mulai dari cara berpikir, cara memerintah, hingga cara merasa. Kementerian Keuangan, Polri, dan lembaga-lembaga vital negara harus memulai dari satu kesadaran yang sama: membersihkan sistem dari segala bentuk penyimpangan dan ketidakadilan yang telah menumpuk di masa lalu. Sebagaimana seorang salik (penempuh jalan spiritual), negara juga harus bertahannuts (berdiam dalam refleksi), menyesali dosa-dosa kekuasaan, dan berikrar untuk kembali kepada amanah ilahi.
Tahalli: Menghiasi Diri dengan Akhlak Kepemimpinan
Setelah pembersihan, tahap berikutnya adalah tahalli (Pengisian diri dengan sifat-sifat luhur). Dalam konteks pemerintahan, tahalli berarti membangun akhlak politik yang berlandaskan kasih, keadilan, dan pelayanan. Presiden Prabowo menekankan pentingnya etos kerja, loyalitas terhadap bangsa, dan disiplin moral. Ini bukan sekadar manajemen pemerintahan, tetapi spiritual management of power.Kementerian dan lembaga bukan lagi arena kekuasaan, melainkan majlis amanah di mana setiap pejabat menjadi khalifah kecil — pelayan rakyat – yang dititipi sebagian kehendak Tuhan. Dalam bahasa tasawuf, seorang pemimpin yang berhias akhlak adalah yang telah mengenakan jubah rahmah (kasih) dan ‘adl (keadilan) di setiap keputusannya.
Ketika seorang menteri tidak lagi mencari pujian atau proyek, tetapi ridha Allah dan kesejahteraan umat, maka tahalli telah hidup dalam jantung pemerintahan.
Tajalli: Terbitnya Cahaya Pemerintahan yang Mencerahkan
Jika takhalli membersihkan dan tahalli menghiasi, maka tajalli adalah saat di mana cahaya ilahi memancar dari sistem yang telah bersih dan berakhlak. Inilah puncak reformasi pemerintahan yang hakiki — bukan hanya administrasi baru, tetapi jiwa baru dalam bernegara. Tajalli dalam konteks Presiden Prabowo dapat dimaknai sebagai manifestasi kebenaran dan keadilan yang hidup.
Ketika kebijakan fiskal dijalankan dengan jujur, ketika aparat menegakkan hukum tanpa pamrih, dan ketika rakyat merasakan kehadiran negara sebagai rahmat, maka cahaya pemerintahan itu telah menampakkan diri. TNI dan Polri yang berjiwa tajalli bukan lagi alat kekuasaan, tetapi penjaga nurani bangsa. Mereka menjaga keamanan bukan karena perintah, tapi karena kesadaran suci untuk melindungi kehidupan. BIN dan lembaga intelijen yang tercerahkan bukan lagi bersembunyi di balik kekuasaan, tapi menjadi mata hati negara — melihat dengan jernih, bukan mengintai dengan curiga. Tajalli berarti negara telah sampai pada maqam hikmah — pemerintahan yang berpikir dengan akal sehat dan bertindak dengan hati yang bersih.
Penutup
Reformasi yang dicanangkan Presiden Prabowo bukan sekadar restrukturisasi birokrasi, tapi perjalanan ruhani bangsa menuju kesempurnaan amanah. Dalam pandangan tasawuf kenegaraan, kekuasaan yang tidak melewati takhalli, tahalli, dan tajalli hanya akan melahirkan ulang lingkaran gelap masa lalu. Maka jalan terbaik bagi bangsa ini adalah mencucikan kekuasaan dengan kesadaran, mengisinya dengan akhlak, dan memancarkannya dengan cahaya.Itulah jalan ruhani pemerintahan baru Indonesia — sebuah tazkiyah nasional yang membawa negeri ini dari kegelapan menuju nur Allah, “Nuurun ‘ala Nuur.”






















