Oleh: Dr. Ahmad Fitriyadi Sari, S.Si., M.Pd.
Pelaksanaan ibadah haji selalu meninggalkan kesan mendalam bagi para jamaah yang berangkat ke Tanah Suci. Tidak hanya sebagai perwujudan rukun Islam kelima, ibadah haji juga membawa dampak sosial yang signifikan, terutama dalam perubahan perilaku religius jamaah setelah pulang ke tanah air.
Banyak jamaah yang mengaku mengalami perubahan signifikan dalam menjalankan praktik keagamaan mereka. Setelah berhaji, mereka merasa lebih dekat dengan Allah SWT dan lebih konsisten dalam menjalankan ibadah wajib maupun sunnah. Ibadah shalat berjamaah, yang sebelumnya terasa berat, kini menjadi rutinitas harian. Demikian pula dengan membaca Al-Qur’an dan memperbanyak dzikir, yang kini lebih sering dilakukan.
Tidak hanya itu, pengalaman spiritual yang mendalam selama menjalani rangkaian haji juga mendorong jamaah untuk lebih peduli terhadap sesama. Solidaritas yang terjalin selama berada di Arafah, Mina, dan Mekah menjadi pelajaran berharga bagi jamaah dalam mengembangkan rasa kepedulian sosial. Banyak di antara mereka yang kemudian lebih aktif dalam kegiatan keagamaan dan sosial setelah pulang ke kampung halaman.
Misalnya, di sebuah desa di Kabupaten Lebak, Banten, sejumlah jamaah haji sepulangnya dari Tanah Suci membentuk kelompok pengajian yang secara rutin menyelenggarakan kegiatan sosial, seperti santunan anak yatim dan penggalangan dana untuk warga kurang mampu. Mereka merasa bahwa haji telah mengubah cara pandang mereka tentang pentingnya berbagi dan menguatkan persaudaraan.
Namun, tidak semua perubahan perilaku religius ini dapat bertahan lama. Sebagian jamaah yang tidak mendapatkan dukungan lingkungan yang baik perlahan-lahan kembali ke kebiasaan semula. Karena itu, peran keluarga, teman, dan masyarakat sangat penting untuk menjaga konsistensi perubahan positif tersebut.
Dalam hal ini, sejumlah ormas Islam dan lembaga pembinaan haji turut serta mengadakan program pasca-haji untuk membantu para jamaah mempertahankan perubahan positif tersebut. Melalui kegiatan mentoring dan pembinaan rutin, mereka diharapkan dapat menjaga kualitas keimanan dan amal shalih yang telah dibangun selama berhaji.
Seorang tokoh agama setempat, KH. Ahmad, menyatakan, “Haji adalah momen spiritual yang luar biasa, namun menjaga perubahan setelahnya lebih sulit. Jamaah perlu didampingi agar pengalaman religius yang diperoleh tidak cepat luntur.”
Dengan demikian, ibadah haji tidak hanya berdampak secara spiritual secara pribadi tetapi juga memberikan kontribusi sosial dalam kehidupan bermasyarakat. Jamaah haji yang tetap konsisten dalam meningkatkan kualitas ibadah dan kepedulian sosialnya akan menjadi teladan bagi lingkungan sekitar. Karena itu, dukungan dari keluarga dan komunitas sangat penting agar perubahan positif tersebut tetap terjaga.
Pada akhirnya, haji bukan sekadar perjalanan spiritual semata, tetapi juga momentum untuk memperbaiki diri dan membawa perubahan positif dalam kehidupan sosial. Semoga para jamaah haji dapat terus mempertahankan semangat religius dan sosial mereka setelah pulang ke tanah air.