Info
Jumat, 07 Feb 2025
  • Selamat Datang di Website Sekolah Tinggi Pesantren Darunna'im - Perguruan Tinggi Islam yang Berkualitas di Provinsi Banten
  • Selamat Datang di Website Sekolah Tinggi Pesantren Darunna'im - Perguruan Tinggi Islam yang Berkualitas di Provinsi Banten

Membentuk jiwa  yang ber “Keadilan”

http//stpdnrangkasbitung.ac.id/Membentuk jiwa  yang ber “Keadilan”

Membentuk jiwa  yang ber “Keadilan”

Oleh : Ahmad Himawan, S,Ag., M.Ag., M.M

 

Keadilan bukanlah milik semua orang , melainkan milik orang yang mencarinya “( filosof Amerika)

 

‘Adl vs Fujur

‘Adl junudul aqal , fujur junudul jahl

 ( keadilan  merupakan pasukan aqal,  dan fujur pasukan kejahiliyaaan)

 

Fitrah manusia adalah cinta dengan keadilan, dan benci dengan kedholiman, , ‘adl adalah keadaan tengah antara dua ekstreem ( ifraat) kekurangan dan tafriit ( kelebihan) , adil adalah sumber segala kebaikan.

 

Dalam kitab Junuduul ‘aqal wal jahl karya Imam al khumaini mengatakan Untuk mencapai keadilan itu  harus terlebih  dahulu menyeimbangkan 4 potensi yang terdapat  dalam diri manusia. Potensi tersebut terdiri dari  2 yang  berdimensi manusiawi dan  2 lagi bersifat hewani.  Dua yang pertama yaitu  Akal  teoritis (kebijaksanaan) dan akal praktis ( aturan dan  perbuatan yang berdasar ilmu pengetahuan), sedangkan   dua yang lainnya yaitu ammarah dan sahwat ( yang sudah disucikan ) maka akan lahirlah  keseimbangan.  Keadilan akan mudah terjadi jika hal ini sudah seimbang.

Bagaimana cara mencapai keutamaan keadilan itu.

Setiap manusia ingin mencapai kesempurnaan. Termasuk keadilan, Keadilan berharap muncul dari diri sendiri terlebih dahulu karena ,” seorang yang tidak memiliki sesuatu tentu tidak akan bisa memberi kepada orang yang lain sesuatu itu”. Jadi keadilan itu harus berasal dari diri sendiri.baru bisa adil terhadap orang lain.  Barang siapa tidak bisa mecapai keadilan diri sendiri maka dia akan mengalami kerugian yang besar, ibarat sebuah  negara akan mengalami kerugian yang besar  jika  tidak ada keadilan didalamnya. Dan kerugian tersebut tidak bisa diperbaiki dengan mudah, apalagi  di akherat nanti, selagi masih di dunia  semua bisa diperbaiki  disini, di dunia ini.

Menurut Khumaini bahwa masalah adil ini sangat bisa mudah di lakukan ( di didik) pada saat usia dini. Karena fitrah manusia pada saat masih muda masih bercahaya. Begitu juga halnya dengan pengetahuan.

Anak yang tidak di isi dengan kebaikan maka akan cepat di isi dengan keburukan, jika dibiarkan begitu saja ia akan mengalami kesengsaraan yang abadi. Sebagaimana membangun kebaikan dalam akhlaq sesorang. Keadilan itu juga adalah bagian dari akhlaq yang berasal dari jiwa yang bersih.

Menghidupi jiwa itu bermakna  menghidupkan akhlaq mendidiknya dan lain lain, ayat yang mengatakan “menghidupkan satu jiwa seakan akan menghidupkan seluruh manusia nya ”   begitu juga sebaliknya. Membunuh satu jiwa seolah olaha kita membunuh manusia seluruhnya.  Dengan mendidik jiwa satu anak yang soleh sama saja akan mendidik sebagaian besar umat yang soleh. Kehilangan Pendidikan satu  jiwa anak  sama saja kehilangan Pendidikan satu ummat semua.

Cara tepat Medidik jiwa  anak harus secara praktis, atau dengan contoh yaitu dengan amaliah, akhlaqiah  dari orang tua dan gurunya.

Akhlak  itu jika pada  awalnya  di paksa maka lama lama akan menjadi benar, contoh pura pura menangis saat membaca quran, lama kelamaan   pada suatu saat nanti  akan   menangis sungguhan  jika “kena” pada suatu pemaknaan yang dalam, menurut Khumaini juga,  makanan yang kita bawa kerumah juga akan berpengaruh terhadap karakter yang akan terjadi di rumah kita,  dan tentu juga akan menjadi karakter di tengah masyarakat. Bisa di bayangkan jika di tengah masyarakat merebak uatu system riba misalnya, atau berbuat dosa misalnya,  dimana hasilnya akan  dibawa kerumah masing masing, bagaimana kira kira karakter  generasi  masyarakat tadi?.

Maka dari itu Imam  Khumaini  berdoa kepada Allah untuk selalu  medapat taufiq agar bisa membentuk rumah tangga yang menghasilkan rumah tangga yang mulia. Karena disinilah akan lahir juga masyarakat yang mulia. Karena masyarakat adalah kumpulan daripada rumah tangga ini.

Setelah Peran rumah tangga  atau   orang tua, baru peran madrasah dan guru ikut  berpengaruh , dan tentu saja kesalehan seorang guru akan berpengaruh kepada  murid / umat dan perilaku korupsi bagi seorang guru akan mempengaruhi kepada murid atau  ummat. “Guru” disini bukan berarti hanya terbatas guru yang mengajari mata pelajaran di sekolah , melainkan definisi guru atau pendidik yang menurut para ahli pendidikan, sebab guru itu adalah hanya salah satu bagian dari banyaknya tukang didik. Kita diharapkan tidak hanya menyiapkan generasi yang professional akan tetapi juga harus yang benar benar menyiapkan manusia dengan akhlaq yang memiliki akhlaq yang mulia.

Anak muda bisa melakukan tazkiyah nafs (penyucian jiwa) sangat cepat,  jika di di ibaratkan dengan   pohon, maka,  keburukan akan tumbuh sedikit demi sedikit dan akan sulit dicabut jika sdh besar dengan akar akarnya  yang dalam, begitu juga dengan manusia. Satu pohon yang ditanam sekarang, bisa dicabut sekarang juga atau saat ini, tapi jika kita biarkan maka tidak akan mudah kita mencabutnya. Contoh perbuatan yang berbuat baik, atau jelek seperti hasud  atau bakhil akan menjadi  mudah jika diterapkan saat masih muda. Jika sifat sifat tersebut dibiarkan maka akan sulit di hilangkan kecuali dengan “riyaadha( Latihan Latihan ) dan “mujahadah ( perjuangan) “ yang begitu keras, dan bisa jadi tidak bisa diperbaiki  sama sekali.

Wallahu’alam.

Article ini disampaikan pada mata kuliah Psikologi agama, thema “ menanamkan jiwa beragama pada anak usia dini.

Share:

Artikel Terkait

Tasawwuf dan Bimbingan Konseling Islam
Tasawwuf dan Bimbingan Konseling Islam
Tasawwuf dan Bimbingan Konseling Islam   Beberapa tahun terakhir, penulis yang juga dosen pada program...
Integrasi Kurikulum Islami dengan Kebutuhan Global dalam Membangun Generasi Islami yang Kompetitif
Integrasi Kurikulum Islami dengan Kebutuhan Global dalam Membangun Generasi Islami yang Kompetitif
Oleh : Ahmad Fitriyadi Sari   A. Pendahuluan Pendidikan Islam memiliki peran strategis dalam membentuk...
Budaya kerja yang baik menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas
Budaya kerja yang baik menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas
Budaya kerja yang baik merupakan salah satu faktor utama dalam menciptakan sumber daya manusia (SDM)...
Menumbuhkan Etika, Adab, dan Akhlak Islami dalam Menghadapi Tantangan Globalisasi
Menumbuhkan Etika, Adab, dan Akhlak Islami dalam Menghadapi Tantangan Globalisasi
Oleh: Ahmad Fitriyadi Sari A. Abstrak Globalisasi menghadirkan kemudahan akses informasi dan interaksi...
Mindset Berpikir Positif sebagai Fondasi Sukses dan Kebahagiaan
Mindset Berpikir Positif sebagai Fondasi Sukses dan Kebahagiaan
Dalam kehidupan sehari-hari, cara kita berpikir mempengaruhi bagaimana kita merespons tantangan dan peluang....
Strategi Manajemen Pendidikan Inklusif di Daerah Terpencil
Strategi Manajemen Pendidikan Inklusif di Daerah Terpencil
Pendidikan inklusif, yang menekankan pada penyediaan akses pendidikan yang setara bagi semua siswa tanpa...
Niat: Kunci Sukses dalam Setiap Langkah
Niat: Kunci Sukses dalam Setiap Langkah
Oleh : Ahmad Fitriyadi Sari Niat adalah hal yang sangat mendasar, namun sering kali diabaikan. Dalam...
Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Tradisi Keagamaan  Masyarakat Muslim Baduy
Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Tradisi Keagamaan Masyarakat Muslim Baduy
Oleh: Dr. Dadan Sunandar, Lc., MA.   Abstrak Artikel ini mengeksplorasi nilai pendidikan Islam yang...
Urgensi Identitas pada Lembaga Pendidikan Islam
Urgensi Identitas pada Lembaga Pendidikan Islam
Oleh : Ahmad Fitriyadi Sari Pendidikan merupakan salah satu aspek paling penting dalam kehidupan manusia....
SYUBUHAT SEPUTAR AL-QUR’AN
SYUBUHAT SEPUTAR AL-QUR’AN
Oleh: Dr. Dadan Sunandar, Lc., M.A. dadansunandar68@gmail.com   Abstrak Penelitian ini bertujuan...

Berita Terbaru

Berita UKM Terbaru

x