Info
Selasa, 29 Apr 2025
  • Selamat Datang di Website Sekolah Tinggi Pesantren Darunna'im - Perguruan Tinggi Islam yang Berkualitas di Provinsi Banten
  • Selamat Datang di Website Sekolah Tinggi Pesantren Darunna'im - Perguruan Tinggi Islam yang Berkualitas di Provinsi Banten

Merubah Paradigma Ibadah Haji dari Teosentris ke Antroposentris

Oleh: Yadi Mulyadi, S.Th.I., M.Ag.

Ibadah haji merupakan rukun Islam yang terakhir yang harus dilaksanakan oleh semua umat Islam, dengan syarat harus mampu. Sebagaimana dalam firman Allah SWT “Dan (di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, yaitu bagi orang-orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana. Barangsiapa mengingkari (kewajiban) haji, maka ketahuilah bahwa Allah Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) dari seluruh alam”. (QS Ali ‘Imran: 97).

Hampir setiap tahun umat Islam dari belahan Dunia berbondong-bondong untuk dapat melaksanakan Ibadah Haji berkunjung ke Baitullah. Apalagi Indonesia Sahabat Haji, untuk mendapatkan kursi saja harus menunggu antrian bertahun-tahun. Dari satu sisi memang sangat positif karena melaksanakan Haji merupakan indikator dari kesempurnaan keislaman seorang hamba Tuhan yang penuh submisif. Namun, Sahabat Haji perlu hati-hati dan harus meluruskan niatnya kembali semata-mata untuk mencari ridha Allah SWT.

Dan melaksanakan perintah-Nya. Sebagaimana meneladani sejarah Nabi-nabi terdahulu ketika melakukan Haji, seperti Nabi Adam as. yang melakukan perjalanan Haji dari India ke Mekah, pahit getirnya Nabi Ibrahim as. membangun dan menata ulang Ka’bah dari syariat Nabi sebelumnya, Nabi Ismail AS yang melanjutkan perjuangan ayahnya hingga ke Rasulullah SAW dan masih banyak lagi sejarah Nabi-nabi yang melakukan ibadah Haji yang harus kita teladani. Sahabt Haji, Ibadah haji dalam sebagain masyarkat Indonesia sekarang menjadi tren demi meningkatkan status sosial dalam masyarakat.

Selain itu, di kampung-kampung wilayah bagian Indonesia Jawa Barat dan Banten, Ibadah merupakan salah satu indikator mencapai kesuksesan seseorang dalam hidup. Padahal substansi ibadah haji bukan sekedar ibadah teosentris saja, yaitu hubungan manusia secara vertikal melainkan harus merubah paradigmanya menjadi antroposentris, yaitu hubungan manusia dengan manusia, alam, dan Allah SWT.

Hal ini sebagaimana yang dikutip oleh Sunnatullah dari Syekh Ali Ahmad al-Jarjawi mengatakan dalam kitab Hikmatut Tasyri’ wa Falsafatuh, bahwa Allah Swt. mensyariatkan ibadah haji agar umat Islam dari seantero negeri bersatu dan berkumpul di satu tempat yang sama, mengesampingkan semua perbedaan yang ada, mulai dari suku, budaya, negeri, mazhab dan lainnya. Mereka semua berkumpul di atas satu nama, yaitu Islam.

Ketika semua umat Islam dari berbagai tempat telah berkumpul di Makkah, maka akan tercipta darinya sebuah hubungan erat dan timbulnya kasih sayang antarsatu dengan yang lainnya. Dari Indonesia akan mengenal orang Arab, begitupun sebaliknya.

Orang Turki akan mengenal orang India, pun sebaliknya. Orang barat akan mengenal orang timur, pun sebaliknya. Dengannya, akan sangat tampak bahwa mereka bagaikan saudara dari ayah dan ibu yang sama. Dengannya pula, akan tercipta sebuah hubungan yang diikat oleh agama Islam dan tidak akan bisa dipisahkan oleh perbedaan ras dan suku, budaya dan bangsa.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa disyariatkannya ibadah haji tidak hanya sebatas tentang ibadah biasa, lebih dari itu, adanya ibadah haji justru sebagai bukti akan persatuan dan kejayaan Islam, serta sebagai bukti kekompakan pemeluknya. Juga sebagai ajang tukar pendapat satu suku dengan suku lainnya, satu negara dengan negara lainnya.

Tidak hanya itu, ketika sudah ada di Baitullah, tidak ada perbedaan antarumat Islam, semuanya sama-sama sebagai hamba Allah dengan tujuan yang sama pula. Mereka tidak dibedakan dengan berbagai identitas yang mereka miliki. Sebagaimana firman Allah Swt. ” Sesungguhnya Allah swt. Memuliakan semua manusia dari tingkat ketaqwaannya”.

Nilai-nilai antroposentris atau humanisme jangan hanya dilakukan di Mekah saja, melainkan harus terus dipupuk dan diamalkan kembali selesai ritual Haji kembali pada masyarakat.

Penulis Adalah Direktur Eksekutif Sahabat Haji Indonesia (SHI) dan juga merupakan Dosen Sekolah Tinggi Pesantren Darunna’im Lebak

Share:

Artikel Terkait

Merubah Paradigma Ibadah Haji dari Teosentris ke Antroposentris
Merubah Paradigma Ibadah Haji dari Teosentris ke Antroposentris
Oleh: Yadi Mulyadi, S.Th.I., M.Ag. Ibadah haji merupakan rukun Islam yang terakhir yang harus dilaksanakan...
Application of Deep Learning for Predicting Student Academic Performance in the Era of Digital Learning
Application of Deep Learning for Predicting Student Academic Performance in the Era of Digital Learning
Author: Dr. Ahmad Fitriyadi Sari, S.Si., M.Pd. Abstract The advancement of information technology and...
Bertabarruk; Ngalap Berkah
Bertabarruk; Ngalap Berkah
Oleh: Dadan Sunandar, Lc., M.A. Bertabarruk atau ngalap berkah kepada orang-orang saleh adalah suatu...
Strategi Mengatasi Kelelahan Spiritual di Tengah Ramadan dalam Menjaga Api Iman Hingga Hari Kemenangan
Strategi Mengatasi Kelelahan Spiritual di Tengah Ramadan dalam Menjaga Api Iman Hingga Hari Kemenangan
Oleh: Dr. Ahmad Fitriyadi Sari, S.Si., M.Pd.   A. Pendahuluan Ramadan adalah bulan yang dinantikan...
Mengajarkan Makna Ramadan pada Anak Sejak Dini
Mengajarkan Makna Ramadan pada Anak Sejak Dini
Oleh : Dr. Ahmad Fitriyadi Sari, S.Si., M.Pd.   Ramadan adalah bulan suci yang penuh berkah, di...
Tasawwuf dan Bimbingan Konseling Islam
Tasawwuf dan Bimbingan Konseling Islam
Tasawwuf dan Bimbingan Konseling Islam   Beberapa tahun terakhir, penulis yang juga dosen pada program...
Integrasi Kurikulum Islami dengan Kebutuhan Global dalam Membangun Generasi Islami yang Kompetitif
Integrasi Kurikulum Islami dengan Kebutuhan Global dalam Membangun Generasi Islami yang Kompetitif
Oleh : Ahmad Fitriyadi Sari   A. Pendahuluan Pendidikan Islam memiliki peran strategis dalam membentuk...
Budaya kerja yang baik menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas
Budaya kerja yang baik menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas
Budaya kerja yang baik merupakan salah satu faktor utama dalam menciptakan sumber daya manusia (SDM)...
Menumbuhkan Etika, Adab, dan Akhlak Islami dalam Menghadapi Tantangan Globalisasi
Menumbuhkan Etika, Adab, dan Akhlak Islami dalam Menghadapi Tantangan Globalisasi
Oleh: Ahmad Fitriyadi Sari A. Abstrak Globalisasi menghadirkan kemudahan akses informasi dan interaksi...
Mindset Berpikir Positif sebagai Fondasi Sukses dan Kebahagiaan
Mindset Berpikir Positif sebagai Fondasi Sukses dan Kebahagiaan
Dalam kehidupan sehari-hari, cara kita berpikir mempengaruhi bagaimana kita merespons tantangan dan peluang....

Berita Terbaru

Berita UKM Terbaru

x